Nasionalisme
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Sumpah Pemuda pada
28 Oktober 1928 adalah Proklamasi Kebangsaan Indonesia yang merupakan
ikrar tentang eksistensi nasion dan
nasionalisme Indonesia yang telah
tumbuh puluhan tahun dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda. Perjuangan
bangsa Indonesia tersebut pada tanggal 17 Agustus 1945 mencapai titik kulminasi
dengan dikumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno-Hatta.
Hal itu membuktikan bahwa nasionalisme Indonesia sudah merupakan faktor penentu perkembangan sejarah Indonesia –
sejarah berdirinya negara Republik Indonesia.
Sehubungan
dengan globalisasi dan berkembangnya teknologi informasi telah mengakibatkan
kaburnya batas-batas antar negara (baik secara politik, ekonomi, maupun
sosial), masalah nasionalisme dan patriotisme tidak lagi dapat dilihat sebagai
masalah sederhana yang dapat dilihat dari satu perspektif saja. Dalam dunia
yang oleh sebagian orang disifatkan sebagai dunia yang semakin borderless, banyak pengamat yang mulai
mempertanyakan kembali pengertian negara beserta aspek-aspeknya. Masalah
pembangunan nasionalisme dan patriotisme di Indonesia saat ini tengah
menghadapi tantangan yang berat, maka perlu dimulai upaya-upaya untuk kembali
mengangkat tema tentang pembangunan nasionalisme dan patriotisme. Apalagi di
sisi lain, pembahasan atau diskusi tentang nasionalisme dan patriotisme di
Indonesia justru kurang berkembang (atau mungkin memang kurang dikembangkan).
Nasionalisme akan muncul ketika suatu kelompok suku
yang hidup di suatu wilayah tertentu dan masih bersifat primordial berhadapan
dengan manusia-manusia yang berasal dari luar wilayah kehidupan mereka. Lambat
laun ada unsur tambahan, yaitu dengan adanya persamaan hak bagi setiap orang
untuk memegang peranan dalam kelompok atau masyarakat (demokrasi politik dan
demokrasi sosial) serta adanya persamaan kepentingan ekonomi. Inilah yang
kemudian dikenal dengan istilah nasionalisme modern.
1.2 Tujuan
Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1.
Mengetahhui arti nasionalisme
2.
Mengetahui bentuk- bentuk
nasionalisme
3.
Mengtahui
perkembangan pergerakan nasional Indonesia
4.
Mengetahui
sejarah nasionalisme di Indonesia
5.
Mengetahui
factor-faktor yang memudarakan rasa nasionalis
6.
Mengetahui
peranan nasionalisme
1.3 Rumusan
Masalah
Agar makalah
ini dapat mengena pada inti permasalahan dan apa yang ingin disampaikan maka di
buat rumusan masalah sebagai berikut ;
1. Apa arti nasionalisme
2. Bagaimana bentuk-bentuk nasionalisme
3. Bagaimana nasionalisme lahir dan berkembang
di Indonesia
4. Apa peranan nasionalisme di Indonesia
5. Factor apa saja yang dapat memudarkan rasa
nasionalisme
1.4
Maanfaat
Adapun maanfaat dari makalah ini adalah :
1. Kita dapat mengetahui pengertian dari
nasionalisme
2. Kita dapat mengetahui bentuk- bentuk nasionalisme
3. Kita dapat mengetahui sejarah dan perkembangan nasionalisme di
Indonesia
4. Kita dapat mengetahui apa saja peranan
nasionalisme
5. Kita dapat mengetahui factor-faktor yang
memudarkan rasa nasionalisme
6. Dapat menumbuhkan rasa nasionalisme
7. Menumbuhkan rasa cinta tanah air
1.5 Ruang
Lingkup
Makalah ini akan membahas secara
menyeluruh mengenai nasionalisme dari mulai pengertian nya sejarah dan
perkembangannya di Indonesia, peranan nasionalisme, faktor apa saja yang dapat
memudarkan rasa nasionalisme sampai
nasionalisme pada masa kini diharapka setelah membaca makalah ini kita dapat
meningkatkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air nya
BAB II
PEMBAHASAN
1.3 Pengrtiana
Nasionalisme
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan
sebuah negara
(dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan
satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
Para nasionalis
menganggap negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran politik"
(political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu "identitas
budaya", debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah
bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.
Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai
merosot. Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu
dan tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri mempertahankan diri sangat
berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup
dan menggantungkan diri. Dari sinilah cikal bakal tubuhnya ikatan ini, yang
notabene lemah dan bermutu rendah. Ikatan inipun tampak pula dalam dunia hewan saat ada
ancaman pihak asing yang hendak menyerang atau menaklukkan suatu negeri. Namun,
bila suasanya aman dari serangan musuh dan musuh itu terusir dari negeri itu,
sirnalah kekuatan ini.
Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan ketentaraan yang berlandaskan
nasionalisme secara etnik
serta keagamaan,
seperti yang dinyatakan di bawah. Para ilmuwan politik
biasanya menumpukan penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem
seperti nasional sosialisme, pengasingan
dan sebagainya.
2.2 Beberapa Bentuk Dari Nasionalisme
Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham negara atau
gerakan (bukan negara) yang populer berdasarkan pendapat warganegara,
etnis, budaya, keagamaan
dan ideologi.
Kategori tersebut lazimnya berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme
mencampuradukkan sebahagian atau semua elemen tersebut.
Nasionalisme
kewarganegaraan (atau nasionalisme
sipil) adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran
politik dari penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak rakyat";
"perwakilan politik". Teori ini mula-mula dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau dan
menjadi bahan-bahan tulisan. Antara tulisan yang terkenal adalah buku berjudul Du Contract Sociale (atau dalam Bahasa
Indonesia "Mengenai Kontrak Sosial").
Nasionalisme etnis
adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari
budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried von Herder, yang
memperkenalkan konsep Volk (bahasa
Jerman untuk "rakyat").
Nasionalisme romantik
(juga disebut nasionalisme organik,
nasionalisme identitas) adalah
lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik
secara semulajadi
("organik") hasil dari bangsa atau ras; menurut semangat romantisme. Nasionalisme
romantik adalah bergantung kepada perwujudan budaya etnis yang menepati
idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme
romantik. Misalnya "Grimm Bersaudara" yang dinukilkan oleh Herder
merupakan koleksi kisah-kisah yang berkaitan dengan etnis Jerman.
Nasionalisme Budaya
adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari
budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna kulit, ras dan sebagainya.
Contoh yang terbaik ialah rakyat Tionghoa yang menganggap negara adalah berdasarkan kepada
budaya. Unsur ras telah dibelakangkan di mana golongan Manchu serta
ras-ras minoritas lain masih dianggap sebagai rakyat negara Tiongkok.
Kesediaan dinasti Qing untuk menggunakan adat istiadat Tionghoa
membuktikan keutuhan budaya Tionghoa. Malah banyak rakyat Taiwan menganggap
diri mereka nasionalis Tiongkok sebab persamaan budaya mereka tetapi menolak RRC karena pemerintahan RRT berpaham komunisme.
Nasionalisme
kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan,
selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah
kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan.
Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip
masyarakat demokrasi.
Penyelenggaraan sebuah 'national state' adalah suatu argumen yang ulung,
seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contoh biasa
ialah Nazisme,
serta nasionalisme Turki
kontemporer, dan dalam bentuk yang lebih kecil, Franquisme sayap-kanan di Spanyol, serta
sikap 'Jacobin' terhadap unitaris dan
golongan pemusat negeri Perancis, seperti juga nasionalisme masyarakat Belgia, yang secara
ganas menentang demi mewujudkan hak kesetaraan (equal rights) dan lebih otonomi untuk golongan Fleming, dan
nasionalis Basque
atau Korsika.
Secara sistematis, bila mana nasionalisme kenegaraan itu kuat, akan wujud
tarikan yang berkonflik kepada kesetiaan masyarakat, dan terhadap wilayah,
seperti nasionalisme Turki dan penindasan kejamnya terhadap nasionalisme Kurdi, pembangkangan
di antara pemerintahan pusat yang kuat di Spanyol dan Perancis dengan
nasionalisme Basque, Catalan, dan Corsica.
Nasionalisme agama
ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari
persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah
dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan. Misalnya, di Irlandia
semangat nasionalisme bersumber dari persamaan agama mereka yaitu Katolik;
nasionalisme di India
seperti yang diamalkan oleh pengikut partai BJP bersumber dari agama Hindu.
Namun demikian, bagi kebanyakan kelompok nasionalis agama hanya merupakan
simbol dan bukannya motivasi utama kelompok tersebut. Misalnya pada abad ke-18,
nasionalisme Irlandia dipimpin oleh mereka yang menganut agama Protestan.
Gerakan nasionalis di Irlandia bukannya berjuang untuk memartabatkan teologi semata-mata.
Mereka berjuang untuk menegakkan paham yang bersangkut paut dengan Irlandia
sebagai sebuah negara merdeka terutamanya budaya Irlandia. Justru
itu, nasionalisme kerap dikaitkan dengan kebebasan.
2.3 Hal – hal yang mendorong munculnya faham nasionalisme ,
antara lain :
1. Adanya
campur tangan bangsa lain misalnya penjajahan dalam wilayahnya.
2. Adanya
keinginan dan tekad bersama untuk melepaskan diri dari belenggu kekuasaan
absolut , agar manusia mendapatkan hak –
haknya secara wajar sebagai warga negara.
3. Adanya
ikatan rasa senasib dan seperjuangan.
4. Bertempat
tinggal dalam suatu wilayah.
Sejarah munculnya faham nasionalisme di dunia, juga tidak lepas dari pengaruh
perang kemerdekaan Amerika Serikat terhadap Revolusi Perancis dan meletusnya
revolusi industri di Inggris. Melalui revolusi perancis, paham nasionlisme
meyebar luas ke seluruh dunia.
Prinsip – prinsip nasionalisme, menurut Hertz dalam bukunya Nationality in History and Policy, antara lain :
a. Hasrat untuk mencapai kesatuan
b. Hasrat untuk mencapai kemerdekaan
c. Hasrat untuk mencapai keaslian
d. Hasrat untuk mencapai kehormatan
bangsa.
Banyak
para tokoh nasionalis yang memang iklas berjuang untuk bangsanya. Mereka dapat
berupa pemikir, pejuang dan lain - lain. Hal itu memang mereka sumbangkan untuk
berbhakti kepada bangsa demi seluruh masyarakat yang ada di bangsa
tersebut.
2.4 Sejarah Dan Perkembangan Nasionalisme
Nasionalisme muncul
dan berkembang menjadi sebuah paham (isme) yang
dijadikan sebagai landasan hidup bernegara, bermasyarakat dan berbudaya
dipengaruhi oleh kondisi histori dan dinamika sosio kultural yang ada di
masing-masing negara.
Pada mulanya unsur-unsur pokok nasionalisme itu terdiri atas
persamaan-persamaan darah (keturunan), suku bangsa, daerah tempat tinggal,
kepercayaan agama, bahasa dan kebudayaan. Nasionalisme akan muncul
ketika suatu kelompok suku yang hidup di suatu wilayah tertentu dan masih
bersifat primordial berhadapan dengan manusia-manusia yang berasal dari luar
wilayah kehidupan mereka. Lambat laun ada unsur tambahan, yaitu dengan
adanya persamaan hak bagi setiap orang untuk memegang peranan dalam kelompok
atau masyarakat (demokrasi politik dan demokrasi sosial) serta adanya persamaan
kepentingan ekonomi. Inilah yang kemudian dikenal dengan istilah nasionalisme
modern.
Dilihat dari sejarah
perkembangannya, nasionalisme mula-mula muncul menjadi kekuatan penggerak di
Eropa Barat dan Amerika Latin pada abad ke-18. Di Amerika Utara misalnya, bahwa
nasionalisme lahir karena perluasan dibidang perdagangan kira-kira pada 1000.
Ada pula yang berpendapat bahwa manifestasi nasionalisme muncul pertama kali di
Inggris pada abad ke-17, ketika terjadi revolusi Puritan. Namun dari beberapa
pendapat tersebut dapat dijadikan asumsi bahwa munculnya nasionalisme berawal
dari Barat (yang diistilahkan oleh Soekarno sebagai nasionalisme Barat) yang
kemudian menyebar ke daerah-daerah jajahan. Dengan kalimat lain bahwa, “As a
historical symptom, nationalism emerged as the response to a political,
economic, social, and cultural context,
particularly the one brought on by colonialism”. Yaitu sebagai gejala historis, munculnya nasionalisme
merupakan respon terhadap suasana politik, ekonomi, sosial dan budaya, terutama
respon terhadap penjajahan.
Di Indonesia, gerakan nasionalisme
mulai bangkit pada tahun 1908 yang ditandai dengan berdirinya organisasi “Boedi
Oetomo”. Hal ini serupa dengan yang ditulis oleh Charles Wolf. Jr., yaitu: The
formal nationalist movement in the Indies
began in Java in 1908 with the organization of the Boedi Oetomo. Namun bentuk nasionalisme yang
berkembang pada saat itu kebanyakan masih bersifat kedaerahan kelompok, belum
pada tataran kenegaraan.
Seperti halnya Indonesia yang
merupakan negara bekas jajahan wilayah Timur menurut pandangan Partha
Chatterjee bahwa dalam hal pemikiran maupun gagasan kaum nasionalis tetap
mengadopsi pemikiran Barat dalam usaha menemukan ideologi pasca kemerdekaan,
yaitu nasionalisme yang bersifat antikolonialisme. Nasionalisme
antikolonialisme memisahkan dunia materi dan dunia spirit yang membentuk
institusi dan praktik sosial masyarakat pascakolonial. Dunia materi adalah
"dunia luar" meliputi ekonomi, tata negara, serta sains dan
teknologi. Dalam domain ini superioritas Barat harus diakui dan mau tidak mau
harus dipelajari dan direplikasi oleh Timur. Dunia spirit, pada sisi lain,
adalah sebuah "dunia dalam" yang membawa tanda esensial dari
identitas budaya. Semakin besar kemampuan Timur mengimitasi kemampuan Barat
dalam dunia materi, semakin besar pula keharusan melestarikan perbedaan budaya
spiritnya. Di domain spiritual inilah nasionalisme masyarakat pascakolonial
mengklaim kedaulatan sepenuhnya terhadap pengaruh-pengaruh dari Barat.
Kendati demikian, Chatterjee
menambahkan bahwa dunia spirit tidaklah statis, melainkan terus mengalami
transformasi karena lewat media ini masyarakat pascakolonial dengan kreatif
menghasilkan imajinasi tentang diri mereka yang berbeda dengan apa yang telah
dibentuk oleh modernitas terhadap masyarakat Barat. Hasil dari pendaulatan
dunia spiritual ini membentuk sebuah kombinasi unik antara spiritualitas Timur
dengan materialitas Barat yang mendorong masyarakat pascakolonial
memproklamasikan budaya "modern" mereka yang berbeda dari Barat.
Dikotomi antara dunia spirit dan
dunia material seperti yang dijelaskan Chatterjee pada satu sisi mengikuti
paradigma Cartesian tentang terpisahnya raga dan jiwa. Namun, di sisi lain ia
menunjukkan bahwa penekanan dunia spirit dalam masyarakat pascakolonial adalah
bentuk respons mereka terhadap penganaktirian dunia spirit oleh peradaban
Barat. Karena itu, masyarakat pascakolonial mencoba mengambil peluang tersebut
untuk membangun sebuah jati diri yang autentik dan berakar pada apa yang telah
mereka miliki jauh sebelumnya. Hasilnya berupa bangunan materi modernitas yang
dibungkus oleh semangat spiritualitas Timur. Implikasi strategi ini dalam
bangunan nasionalisme pascakolonial dapat dilihat dari upaya-upaya kaum elite
nasionalis membangun sebuah ideologi nasionalisme yang memiliki kandungan
spiritual yang tinggi sebagai representasi kekayaan budaya yang tidak dimiliki
oleh peradaban Barat.
Orientasi spiritualitas Timur
mengilhami lahirnya konsep Pancasila yang dilontarkan oleh Soekarno kali
pertama dalam rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Dalam pidatonya, Soekarno
mengklaim bahwa Pancasila bukan hasil kreasi dirinya, melainkan sebuah konsep
yang berakar pada budaya masyarakat Indonesia yang terkubur selama 350 tahun
masa penjajahan. Bagi Soekarno, tugasnya hanya menggali Pancasila dari bumi pertiwi
dan mempersembahkannya untuk masyarakat Indonesia.
Selain itu, menurut kacamata
keagamaan, Indonesia yang merupakan Negara dengan penduduk mayoritas beragama
Islam memiliki cara pandang tersendiri. Sebagaimana kaum nasionalis
muslim yang bergerak dan bersatu dalam ruang organisasi keislaman berupa
Sarekat Islam yang dipimpin oleh Haji Oemar Said (H.O.S) Tjokroaminoto. Pada
dasarnya, pemikiran maupun pergerakan mereka adalah mencoba mengapilkasikan
pemikiran yang bersumber pada Islam yaitu Alquran dan Hadits yang notabene
menyeru pada persatuan dan anti bercerai berai antar umat manusia. Dalam Islam, kebangsaan atau cinta tanah air
adalah merupakan sebagian dari Iman, sebagaimana doktrin hubbul wathan minal
iman (cinta tanah air merupakan bagian dari iman). Sebagai kepercayaan,
Islam menentang semangat memusuhi bangsa lain, dan sikap yang demikian ini
merupakan ciri nasionalisme. Bukan tanpa alasan mengapa Tjokroaminoto maupun
nasionalis muslim lain berkeyakinan dan berprinsip demikian, karena jauh sebelum
nasionalisme menggapai bumi Indonesia, di beberapa negara Islam nasionalisme
sudah terlebih dulu diterapkan.
Dalam perkembangannya, nasionalisme
yang muncul secara tidak langsung mengilhami bentuk-bentuk ideologi sekaligus
dijadikan sebagai falsafah kenegaraan. Sehingga cinta tanah air tidak hanya
sebatas merebut dan mempertahankan kemerdekaan melainkan juga mempunyai banyak
nilai – nilai luhur ynag bernilai pendidikan. Dengan adanya akar nasionalisme
sebagai rasa cinta tanah air, maka disitu pula akan tumbuh sikap patriotisme,
rasa kebersamaan, kebebasan, kemanusiaan dan sebagainya. Karena nasionalisme
dibangun oleh kesadaran sejarah, cinta tanah air, dan cita-cita politik.
Nasionalisme menjadi faktor penentu yang mengikat semangat serta loyalitas untuk
mewujudkan cita-cita setiap negara.
2.4.1
Muncul Dan Berkembangnya Pergerakan Nasional Indonesia
Sebab-sebab Muncul dan Berkembangnya Pergerakan Nasional
Indonesia
Sejak bangsa
Eropa datang ke wilayah Indonesia, bangsa Indonesia telah menyadari akibat-akibat
yang muncul dari kedatangannya itu. Semenjak kedatangan bangsa-bangsa Eropa
tersebut, perlawanan tidak pernah henti-hentinya dilakukan oleh bangsa
Indonesia. Namun periawanan-perlawanan itu selalu mengalami kegagalan. Hal ini
disebabkan setiap perlawanan yang dilakukan terbatas hanya pada daerahnya, atau
hanya ingin membebaskan daerah-daerah dan penduduknya dari kekuasaan asing.
Dengan keadaan seperti ini, bangsa asing dapat lebih mudah untuk menguasainya.
Sejak akhir
abad ke-19 dan awal abad ke-20 telah muncul benih-benih nasionalisme pada
bangsa Indonesia. Munculnya gerakan nasionalisme itu tidak terlepas dari
pengaruh yang datang dari dalam maupun dari luar.
a.
Pengaruh yang datang dari dalam
(internal)
1)
Kenangan kejayaan masa lampau:
sebelum imperialisme bangsa Eropa (Barat) masuk ke wilayah Indonesia, banyak
terdapat kerajaan yang besar dan jaya, seperti Kerajaan Sriwijaya sebagai
kerajaan maritim yang menguasai jalur pelayaran dan perdagangan di Selat
Malaka. Kerajaan ini pernah menjadi pusat perdagangan dan bahkan pusat
penyebaran agama Budha di Asia Tenggara. Juga Kerajaan Majapahit di bawah
pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan dibantu oleh Patih Gajah Mada menjadi
kerajaan yang paling berkuasa di hampir seluruh wilayah Nusantara. Di samping
itu, Kerajaan Majapahit juga dikenal dengan kerajaan Nusantara, karena
wilayahnya mencakup pulau-pulau yang ada di wilayah Nusantara.
2)
Penderitaan dan kesengsaraan akibat
imperialisme: muncul dan berkembangnya imperialisme di dunia membawa perubahan
yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat, khususnya di wilayah Indonesia.
Pelaksanaan imperialisme di wilayah ini menimbulkan kesengsaraan dan
penderitaan bagi bangsa pribumi, karena kaum penjajah hanya berusaha untuk
mengeruk keuntungan demi kejayaan bangsanya sendiri. Kesengsaraan dan
penderitaan inilah yang menjadi alasan atau pendorong munculnya
periawanan-perlawanan bangsa Indonesia.
3)
Munculnya golongan cendekiawan;
golongan cendekiawan muncul dimana-mana sebagai akibat dari perkembangan dan
peningkatan pendidikan. Akibat lanjut dari penyebaran kaum cendekiawan di dalam
masyarakat, timbullah berbagai gerakan yang menentang penjajah. Oleh karena
itu, kaum cendekiawan pribumi tampil di atas panggung politik dan menjadi
penggerak atau pimpinan pergerakan nasional bangsa Indonesia.
4)
Kemajuan dalam bidang politik,
sosial-ekonomi dan kebudayaan; muncul dan berkembangnya gerakan nasionalisme
Indonesia juga disebabkan oleh kemajuan-kemajuan di bidang politik, sosial,
ekonomi dan kebudayaan bangsa Indonesia.
(1)
Kemajuan di bidang politik; kegiatan
gerakan atau partai-partai nasionalis ingin menumbangkan dominasi politik kaum
imperialis dan kolonialis Belanda (Barat). Kekuasaan kaum pribumi pada masa itu
terkungkung oleh pengaruh politik kolonial Belanda yang ketat dan kejam. Praktek-praktek
penyalahgunaan kekuasaan dan pelecehan hak asasi manusia sering mewarnai
kehidupan politik pemerintahan kolonial, maka golongan nasionalis tampil
menyuarakan aspirasi masyarakat yang terjajah.
(2)
Kemajuan di bidang sosial ekonomi;
masalah itu terlihat dalam penghapusan eksploitasi ekonomi asing. Penghapusan
itu bertujuan untuk membentuk masyarakat yang bebas dari kesengsaraan dan
kemelaratan sesuai dengan cita-dta keadilan sosial. Kesadaran meningkatkan
taraf hidup bangsa Indonesia menjadi prioritas dan cita-cita perjuangan kaum
nasionalis.
(3) Kemajuan di
bidang budaya; kaum nasionalis melihat kebudayaan asli hampir punah dan berada
dalam keadaan sekarat, sehingga perlu diberikan perlindungan dan rekonstruksi
yang memadai. Para pejuang nasionalis perlu memperhatikan dan menjaga
kelestarian serta menumbuhkembangkan kebudayaan asli atau memadukan kedua
kebudayaan itu. Oleh karena perkembangan kebudayaan asli yang tidak
menggembirakan itu, maka para pejuang nasionalis menjadikan sektor kebudayaan
menjadi salah satu cita-cita perjuangannya.
5)
Ketiga bidang tersebut merupakan
kesatuan yang diperjuangkan secara serentak, karena ketiganya memberikan
ciri-ciri perjuangan nasionalis bangsa Indonesia. Paham nasionalis pada mulanya
berkembang secara lokal atau daerah, namun kemudian menjadi kolektif dan meluas
ke seluruh wilayah Indonesia yang terjajah dan akhirnya menjadi paham
nasionalis dari bangsa Indonesia.
b.
Pengaruh yang datang dari luar
negeri (ekstemal)
Pengaruh
dari luar negeri yang cukup besar perannya dalam memper-cepat pergerakan
politik di Indonesia di antaranya, kemenangan Jepang atas Rusia (1905),
Pergerakan Kebangsaan India, Pergerakan Nasional Filipina, Gerakan Nasionalis
China, Gerakan Nasionalis Turki, Gerakan Nasionalis Mesir.
1) Kemenangan
Jepang terhadap Rusia (1905); Modernisasi Jepang telah membawa banyak perubahan
terhadap perkembangan negeri dan bangsa Jepang di dunia internasional pada masa
itu. Jepang maju dengan pesat dalam segala bidang. Bahkan kekuatan militer
Jepang harus diperhitung-kan oleh bangsa-bangsa Barat, termasuk Amerika Serikat
pada masa itu. Untuk membuktikan kekuatan militer Jepang, Korea menjadi sasaran
pertamanya. Kemenangan yang diperolehnya dalam perang Jepang melawan Korea,
menyebabkan pasukan Jepang melanjutkan ekspansinya ke Manchuria. Dalam
penyerangan Jepang terhadap Manchuria itulah pasukan Jepang berhadapan dengan
Rusia, dan ternyata berdampak sangat luas di wilayah Asia. Bangsa-bangsa di
Asia mulai bangkit menentang penjajahan Barat. Hal ini membuktikan bahwa di
berbagai daerah Asia muncul dan berkembang gerakan-gerkan yang bersifat
nasional seperti di China, Filipina, India, Turki, Indonesia bahkan sampai ke
daratan Afrika seperti Mesir dan sebagainya.
2) Pergerakan
Kebangsaan India; Di dalam menghadapi penjajahan Inggris, kaum pergerakan
rakyat India membentuk organisasi kebangsaan yang dikenal dengan nama All India National Congres.
Tokoh-tokoh yang terkenal dalam organisasi itu seperti Mahatma Gandhi, Pandit
J. Nehru, B.C. Tilak, Moh. Ali Jinah, Iskandar Mirza, Liquat Ali Khan dan
sebagainya. Di antara para pemimpin India itu, yang lebih terkenal adalah
Mahatma Gandhi yang memiliki dasar perjuangan sebagai berikut. (a). Ahimwi (dilarang membunuh), yaitu
gerakan anti peperangan, (b). Hartnl yaitu
suatu gerakan rakyat India dalam bentuk aksi yang tidak berbuat apapun walaupun
mereka tetap masuk kantor ataupun pabrik dan sebagainya, (c). Satyagrnhn yaitu suatu gerakan rakyat
India untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah kolonial Inggris, (d). Swacicsi yaitu gerakan rakyat India
untuk memakai barang-barang buatan negeri sendiri.
3) Gerakan
Kebangsaan Filipina; Gerakan rakyat Filipina digerakkan dan dikobarkan oleh Dr.
Jose Rizal dengan tujuan untuk mengusir penjajah bangsa Spanyol dari wilayah
Filipina. Dr. Jose Rizal berhasil ditangkap dan pada tanggal 30 September 1896,
ia dijatuhi hukuman mati. Kemudian gerakannya dilanjutkan oleh Emilio Aquinaldo
dan berhasil memproklamasikan kemerdekaan Filipina tanggal 12 Juni 1898 namun
kemerdekaan yang berhasil diperolehnya itu tidak dapat bertahan lama, karena
kemunculan Amerika Serikat yang berhasil menghapuskan kemerdekaan itu. Filipina
dikuasai oleh Amerika Serikat dan baru diberi kemerdekaan oleh Amerika Serikat
pada tanggal 4 Juli 1946.
4) Gerakan
Nasionalis Rakyat China; Gerakan ini dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen. la
mengadakan pembaharuan di segala sektor kehidupan bangsa China. Dasar
perjuangan yang dikemukakan oleh Sun Yat Sen adalah San Min Chu I yang terdiri
dari (a). Republik China adalah suatu negara nasional China, (b). Pemerintah
China disusun atas dasar demokrasi atau kedaulatan berada di tangan rakyat,
(c). Pemerintah China mengutamakan kesejahteraan sosial bagi rakyatnya.
5) Pergerakan
Turki Muda (1908); Gerakan ini dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha. la menuntut
adanya pembaharuan dan moderrusasi di segala sektor kehidupan masyarakatnya.
6) Pergerakan
Nasionalisme Mesir; Gerakan ini dipimpin oleh Arabi Pasha (1881-1882) dengan
tujuan menentang kekuasaan bangsa Eropa terutama Inggris atas negeri Mesir.
c. Konferesi
KAA
Dengan
berkembangnya pergerakan nasional di berbagai daerah di Asia maupun di Afrika
berpengaruh sangat besar terhadap perjuangan rakyat Indonesia di dalam
menentang kekuasaan kolonial Belanda. Gerakan-gerakan yang muncul di Indonesia
ditandai dengan munculnya organisasi-organisasi modern yang didirikan oleh
kalangan terpelajar. Tujuan akhir dari setiap organisasi pergerakan rakyat
Indonesia adalah terlepas dari kekuasaan penjajahan kolonial Belanda atau
memerdekakan bangsa Indonesia. Munculnya pergerakan rakyat Indonesia ditandai
dengan berdirinya organisasi Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908. Bahkan tahun ini
dijadikan tonggak bersejarah bangkitnya bangsa Indonesia untuk menentang
kekuasaan kolonial Belanda.
2.5 Pertumbuhan dan Perkembangan Nasionalisme Di Indonesia
2.5.1 Tumbuhnya Nasionalisme di Indonesia
Karena adanya faktor pendukung diatas maka di Indonesiapun mulai muncul
semangat nasionalisme. Semangat nasionalisme ini digunakan sebagai
ideologi/paham bagi organisasi pergerakan nasional yang ada. Ideologi Nasional
di Indonesia diperkenalkan oleh Partai Nasional Indonesia (PNI) yang
diketuai oleh Ir. Soekarno. PNI bertujuan untuk memperjuangkan
kehidupan bangsa Indonesia yang bebas dari penjajahan. Sedangkan cita-citanya
adalah mencapai Indonesia merdeka dan berdaulat, serta mengusir penjajahan
pemerintahan Belanda
di Indonesia. Dengan Nasionalisme dijadikan sebagai ideologi maka akan
menunjukkan bahwa suatu bangsa memiliki kesamaan budaya, bahasa, wilayah serta
tujuan dan cita-cita. Sehingga akan merasakan adanya sebuah kesetiaan yang mendalam
terhadap kelompok bangsa tersebut.
2.5.2 Perkembangan Nasionalisme di Indonesia
Sebagai upaya menumbuhkan rasa nasionalisme di Indonesia diawali dengan
pembentukan identitas nasional yaitu dengan adanya penggunaan istilah
“Indonesia” untuk menyebut negara kita ini. Dimana selanjutnya istilah
Indonesia dipandang sebagai identitas nasional, lambang perjuangan bangsa
Indonesia dalam menentang penjajahan. Kata yang mampu mempersatukan bangsa
dalam melakukan perjuangan dan pergerakan melawan penjajahan, sehingga segala
bentuk perjuangan dilakukan demi kepentingan Indonesia bukan atas nama daerah
lagi. Istilah Indonesia mulai digunakan sejak :
- J.R. Logan menggunakan istilah Indonesia untuk menyebut penduduk dan kepulauan nusantara dalam tulisannya pada tahun 1850.
- Earl G. Windsor dalam tulisannya di media milik J.R. Logan tahun 1850 menyebut penduduk nusantara dengan Indonesia.
- Serta tokoh-tokoh yang mempopulerkan istilah Indonesia di dunia internasional.
- Istilah Indonesia dijadikan pula nama organisasi mahasiswa di negara Belanda yang awalnya bernama Indische Vereninging menjadi Perhimpunan Indonesia.
- Nama majalah Hindia Putra menjadi Indonesia Merdeka
- Istilah Indonesia semakin populer sejak Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Melalui Sumpah Pemuda kata Indonesia dijadikan sebagai identitas kebangsaan yang diakui oleh setiap suku bangsa, organisasi-organisasi pergerakan yang ada di Indonesia maupun yang di luar wilayah Indonesia.
- Kata Indonesia dikukuhkan kembali dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
2.6 Peranan Nasionalisme di Indonesia
Perkembangan
nasionalisme yang mengarah pada upaya untuk melakukan pergerakan nasional guna
melawan penjajah tidak bisa lepas dari peran berbagai golongan yang ada dalam
masyarakat, seperti golongan terpelajar/kaum cendekiawan, golongan profesional,
dan golongan pers.
- Golongan Terpelajar
Golongan
terpelajar dalam masyarakat Indonesia saat itu termasuk dalam kelompok elite
sebab masih sedikit penduduk pribumi yang dapat memperoleh pendidikan.
Kesempatan memperoleh pendidikan merupakan sebuah kesempatan yang istimewa bagi
rakyat Indonesia. Mereka memperoleh pendidikan melalui sekolah-sekolah yang
didirikan kolonial yang dirasa memiliki kualitas baik. Dengan pendidikan model
barat yang mereka miliki, golongan terpelajar dipandang sebagai orang yang
memiliki pandangan yang luas sehingga tidak sekedar dikenal saja tetapi mereka
dianggap memiliki kepekaan yang tinggi. Sebab selain memperoleh pelajaran di
kelas mereka akan membentuk kelompok kecil untuk saling bertukar ide menyatakan
pemikiran mereka mengenai negara Indonesia melalui diskusi bersama. Meskipun
mereka berasal dari daerah yang berbeda tetapi mereka merasa senasip
sepenanggunagan untuk mengatasi bersama adanya penjajahan, kapitalisme,
kemerosotan moral, peneterasi budaya, dan kemiskinan rakyat Indonesia. Hingga
akhirnya mereka membentuk perkumpulan yang selanjutnya menjadi Oragnisasi
Pergerakan Nasional. Mereka membentu organisasi-organisasi modern yang
berwawasan nasional. Mereka berusaha menanamkan pentingnya persatuan dan
kesatuan bangsa, menanamkan rasa nasionalisme, menanamkan semangat untuk
memprioritaskan segalanya demi kepentingan nasional daripada kepentingan
pribadi melalui organisadi tersebut. Selanjutnya melalui organisasi pergerakan
nasional tersebut mereka melakukan gerakan untuk melawan penjajahan yang selanjutnya
membawa Indonesia pada kemerdekaan.
Jadi Golongan
terpelajar memiliki peran yang besar bagi Indonesia meskipun keberadaannya
sangat terbatas (minoritas) tetapi golongan terpelajar inilah yang menjadi
pelopor pergerakan nasional Indonesia hingga akhirnya kita berjuangan melawan
penjajah dan memperoleh kemerdekaan.
- Golongan Profesional
a.
Golongan profesional merupakan mereka
yang memiliki profesi tertentu seperti guru, dan dokter.Keanggotaan golongan
ini hanya terbatas pada orang seprofesinya. Golongan profesional ini lebih
banyak ada dan mengembangkan profesinya didaerah perkotaan. Golongan
profesional pada masa kolonial memiliki hubungan yang dekat dengan rakyat,
sehingga mereka dapat mengetahui keberadaan rakyat Indonesia pada saat itu.
Sehingga golongan ini dapat menggerakkan kekuatan rakyat untuk menentang
kekuasaan pemerintah kolonial Belanda.
Peran Guru
a)
Guru merupakan ujung tombak perjuangan
bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya dan berjuang memajukan bangsa
Indonesia dari keterbelakangan.
b)
Guru memberikan pendidikan dan
pengajaran kepada generasi penerus bangsa melalui lembaga-lembaga pendidikan
yang ada baik itu sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial maupun
sekolah yang didirikan oleh tokoh-tokoh bangsa Indonesia.
c)
Melalui pendidikan tersebut guru dapat
menanamkan rasa kebangsaan/ rasa nasionalisme yang tinggi. Sehingga anak-anak
kaum pribumi dapat menyadari dan tekanan dari pemerintah kolonial Belanda.
d)
Guru telah membangun dan membangkitkan
kesadaran nasional bangsa Indonesia.
e)
Guru telah mendidik dan melahirkan
tokoh-tokoh pejuang yang dapat diandalkan dalam memperjuangkan kebebasan bangsa
Indonesia dari cengkeraman kaum penjajah.
f)
Orang-orang pribumi mulai menghimpun
kekuatan dan berjuang melalui organisasi-organisasi modern yang didirikannya.
Organisasi-organisasi perjuangan yang didirikan oleh kaum terpelajar bangsa
Indonesia dijadikan sebagai wadah perjuangan di dalam menentukan
langkah-langkah untuk mengusir pemerintah kolonial Belanda dan berupaya
membebaskan bangsa dari segala bentuk penjajahan asing.
Bagi guru
tempat perjuangan mereka adalah lembaga-lembaga pendidikan yang ada, di sekolah
tersebut guru membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai
kemerdekaannya.
Contoh lembaga
pendidikan yang ada, yaitu :
Melalui gurulah
dihasilkan tokoh-tokoh besar bangsa Indonesia maupun tokoh-tokoh besar dunia.
Di tangan gurulah terletak maju mundurnya sebuah bangsa. Jadi jika tidak ada
guru maka mungkin Indonesia tidak dapat terbebas dari Kekuasaan kolonial.
b) Peran Dokter
1.
Pada masa kolonial dokter memiliki
hubungan yang sangat dekat dengan kehidupan rakyat.
2.
Dokter dapat merasakan kesengsaraan dan
penderitaan yang dialami rakyat Indonesia melalui penyakit yang dideritanya. Ia
mendengarkan berbagai keluhan yang dialami oleh rakyat Indonesia. Penderitaan
dan kesengsaraan yang dialami oleh rakyat Indonesia adalah akibat dari berbagai
tekanan dan penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda.
3.
Ketergerakan hati mereka diwujudkan
melalui perjuangan dengan membentuk wadah organisasi yang bersifat sosial dan
budaya yang diberinama Budi Utomo yang didirikan 20 Mei 1908 oleh Dr. Wahidin
Sudirohusodo, Dr. Sutomo, Dr. Cipto Mangunkusumo, Dr. Gunawan Mangunkusumo.
- Golongan Pers
Pers sudah
mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-19, dan masuknya pers di Indonesia
memberikan pengaruh yang cukup besar bagi bangsa Indonesia. Wujud perkembangan
pers dapat dilihat dalam bentuk surat kabar maupun majalah. Awalnya surat kabar
yang beredar hanya digunakan untuk orang-orang asing tetapi karena untuk
mengejar pelanggan dari masyarakat pribumi maka muncul surat kabar yang di
modali orang Cina tetapi menggunakan bahasa Melayu. Peran media :
- Melalui surat kabar terdapat pendidikan politik, sebab melalui surat kabar tersebut ternyata dimuat isu-isu mengenai masalah politik yang sedang berkembang sehingga secara tidak langsung melalui surat kabar tersebut telah memberikan pendidikan politik kepada masyarakat Indonesia.
- Melalui Surat kabar/ majalah mempunyai fungsi sosial dasar yaitu memperluas pengetahuan bagi para pembacanya dan dapat membentuk pendapat (opini) umum.
- Pendidikan sosial politik dapat disalurkan melalui tulisan-tulisan di surat kabar dan media masa sehingga menumbuhkan pemikiran dan pandangan kritis pembaca yang dapat membangkitkan kesadaran bersama bagi bangsa Indonesia.
- Surat kabar merupakan media komunikasi cetak yang paling potensial untuk memuat berita, wawasan dan polemik (tukar pikiran melalui surat kabar), bahkan ide dan pemikiran secara struktural dapat dikomunikasikan kepada masyarakat luas.
- Meskipun pada masa itu ruang gerak pers dibatasi dan dikontrol ketat oleh pemerintah kolonial. Tetapi melalui surat kabar tersebut sebagai sarana untuk menyampaikan segala sesuatu yang dikehendaki dan diprogramkan oleh pemerintah sehingga sedapat mungkin bisa diinformasikan kepada masyarakat luar. Dimana pemberitahuannya lebih memihak pada pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Pada masa pergerakan
nasional Indonesia, surat kabar mempunyai peranan yang sangat penting bahkan
organisasi pergerakan nasional Indonesia telah memiliki surat kabar
sendiri-sendiri, seperti Darmo Kondo
(Budi Utomo), Oetoesan Hindia
(Sarekat Islam), Het Tiidsriff
dan De Expres (Indische Partij), Indonesia Merdeka (Perhimpunan
Indonesia), Soeloeh Indonesia Moeda
(PNI), Pikiran Rakyat
(Partindo), Daulah Ra’jat (PNI
Baru)
Surat kabar
yang dimiliki oleh organisasi-organisasi tersebut menjadi salah satu sarana
untuk menyampaikan bentuk-bentuk perjuangan kepada rakyat, agar rakyat dapat
mengetahui dan memberikan dukungan kepada organisasi-organisasi itu.
Nasionalisme di
Indonesia mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat ketika secara
resmi Budi Utomo diakui oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1908. Secara singkat
perkembangan nasionalisme Indonesia menjadi lebih ramai sejak berdiri Budi
Utomo hingga Proklamasi Kemerdekaan. Sejak budi utomo berdiri
organisasi-organisasi yang mengusahakan perbaikan dan kondisi rakyat Indonesia.
Tahapan
perkembangan nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut.
Periode Awal
Perkembangan
Dalam periode
ini gerakan nasionalisme diwarnai dengan perjuangan untuk memperbaiki situasi
sosial dan budaya. Organisasi yang muncul pada periode ini adalah Budi Utomo,
Sarekat Dagang Indonesia, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah.
Periode
Nasionalisme Politik
Periode ini,
gerakan nasionalisme di Indonesia mulai bergerak dalam bidang politik untuk
mencapai kemerdekaan Indonesia. Organisasi yang muncul pada periode ini adalah
Indische Partij dan Gerakan Pemuda.
Periode Radikal
Dalam periode
ini, gerakan nasionalisme di Indonesia ditujukan untuk mencapai kemerdekaan
baik itu secara kooperatif maupun non kooperatif (tidak mau bekerjasama dengan
penjajah). Organisasi yang bergerak secara non kooperatif, seperti Perhimpunan
Indonesia, PKI, PNI.
Periode
Bertahan
Periode ini,
gerakan nasionalisme di Indonesia lebih bersikap moderat dan penuh
pertimbangan. Diwarnai dengan sikap pemerintah Belanda yang sangat reaktif
sehingga organisasi-organisasi pergerakan lebih berorientasi bertahan agar
tidak dibubarkan pemerintah Belanda. Organisasi dan gerakan yang berkembang
pada periode ini adalah Parindra, GAPI, Gerindo.
Dari
perkembangan nasionalisme tersebut akhirnya mampu menggalang semangat persatuan
dan cita-cita kemerdekaan sebagai bangsa Indonesia yang bersatu dari berbagai
suku di Indonesia. DEDI SUPRIADI S,PD.i M,PD.i
2.7 Degradasi Nasionalisme Indonesia
Pada saat ini,
nasionalisme di Indonesia sedang mengalami degradasi. Banyak terjadi bukti
empiris bahwa oknum pemimpin negeri dan kelompok masyarakat telah banyak
mengabaikan kepentingan bangsa, cenderung berorientasi jangka pendek dan hanya
egois mementing diri sendiri dan kelompok. Maraknya mafia peradilan, money politics,
dan korupsi merupakan dampak dari degradasi nasionalisme di Indonesia. Stephen
Covey dalam bukunya Principle-Centered Leadership mengemukakan 7 dosa dari
pemimpin masa kini, yaitu: (1) kaya tanpa kerja, (2) hiburan tanpa hati nurani,
(3) pengetahuan tanpa karakter, (4) perdagangan dan bisnis tanpa moralitas atau
etika, (5) Iptek tanpa kemanusiaan, (6.) agama tanpa pengorbanan, serta (7)
politik tanpa prinsip. Kebobrokan moral tersebut juga banyak dialami oleh
sebagian oknum pemimpin di negeri ini.
Timor Timur telah lepas
dari pangkuan tanah air akibat kebijakan keliru dari pemerintah. Berbagai
konflik bernuansa SARA juga masih menghantui, seperti kasus Ambon, dan
kasus Dayak-Madura. Banyak yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia sedang mengalami
demoralisasi. Jelas bahwa nasionalisme bangsa Indonesia pada saat ini
benar-benar dalam kondisi terpuruk.
2.8 Revitalisasi Nasionalisme
Berbicara mengenai
penanaman nasionalisme, kita perlu mengetahui proses secara umum penanaman
suatu value atau nilai. Value yang akan ditanamkan secara umum melalui beberapa
tahapan, yaitu: indoktrinasi (penanaman nilai), evaluasi, kristalisasi dan
berdampak.
Pada tahap indoktrinasi,
penanaman sistem nilai diberikan, misalnya dari orang tua kepada anak, maupun
dari pemimpin kepada pengikut. Dalam tahapan ini, belum banyak terjadi
perdebatan.
Selanjutnya, nilai-nilai
yang ditanamkan akan melalui tahapan evaluasi. Apakah nilai yang ditanamkan
tersebut bermanfaat. Apakah nilai tersebut relevan dengan kondisi saat ini.
Pada tahapan ini, perdebatan mulai banyak terjadi.
Tahapan selanjutnya,
adalah kristalisasi dimana ada nilai-nilai yang menguat dan semakin mengakar,
tetapi ada pula nilai-nilai yang tereliminasi. Nilai-nilai yang tetap eksis dan
mengakar adalah nilai-nilai yang telah teruji pada tahap evaluasi.
Selanjutnya, tahapan
penanaman nilai memasuki fase berdampak, dimana sistem nilai yang telah teruji
akan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Semakin berhasil proses
penanaman nilai, maka semakin berdampak dan terimplementasi dalam kehidupan
sehari-hari.
2.9 Penyebab mumudarnya rasa nasionalisme
Berikut
ini Beberapa Penyebab Memudarnya Nasionalisme
& Patriotisme dikalangan Anak
2.9.1 Faktor Internal
Pemerintahan pd zaman reformasi yg jauh
dari harapan para anak, sehingga membuat mrka kecewa pd kinerja pemerintah saat
ini. Terkuaknya kasus2 korupsi, penggelapan uang Negara, & penyalahgunaan
kekuasaan oleh para pejabat Negara membuat para pemuda enggan utk memerhatikan
lagi pemerintahan.
Sikap keluarga & lingkungan sekitar
yg tdk mencerminkan rasa nasionalisme & patriotisme, sehingga para anak
meniru sikap tersebut. Para anak merupakan peniru yg baik terhadap lingkungan
sekitarnya.
Demokratisasi yg melewati batas etika
& sopan santun dan maraknya unjuk rasa, telah menimbulkan frustasi di
kalangan anak & hilangnya optimisme, sehingga yg
ada hanya sifat malas, egois & emosional.
Tertinggalnya Indonesia dgn
Negara-negara lain dalam segala aspek kehidupan, membuat para pemuda tdk bangga
lagi menjadi bangsa Indonesia.
Timbulnya etnosentrisme yg menganggap
sukunya lebih baik dari suku-suku lainnya, membuat
anak lebih mengagungkan daerah atau
sukunya daripada persatuan bangsa.
2.9.2 Faktor Eksternal
Cepatnya arus globalisasi yg berimbas pd moral
pemuda. Mrka lebih memilih kebudayaan negara lain, dibandingkan dgn
kebudayaanya sendiri, sbg contohnya para pemuda lbh memilih memakai pakaian
minim yg mencerminkan budaya barat dibandingkan memakai batik atau baju yg
sopan yg mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Para pemuda kini dikuasai olh
narkoba & minum2 keras, sehingga sgt merusak martabat bangsa Indonesia Paham
liberalisme yg dianut olh Negara2 barat yg memberikan dampak pd kehidupan
bangsa. Anak cenderung meniru paham libelarisme, seperti sikap individualisme
yg hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan keadaan sekitar &
sikap acuh tak acuh pd pemerintahan.
2.10
Nasionalisme Masa Kini
Ketika negara yang bernama Indonesia akhirnya terwujud pada tanggal 17
Agustus 1945, dengan penghuninya yang disebut bangsa Indonesia, persoalan
ternyata belum selesai. Bangsa Indonesia masih harus berjuang dalam perang
kemerdekaan antara tahun 1945-1949, tatkala penjajah menginginkan kembali
jajahannya. Nasionalisme kita saat itu betul-betul diuji di tengah gejolak
politik dan politik divide et impera Belanda. Setelah pengakuan kedaulatan
tahun 1949, nasionalisme bangsa masih terus diuji dengan munculnya gerakan
separatis di berbagai wilayah tanah air hingga akhirnya pada masa Demokrasi
Terpimpin, masalah nasionalisme diambil alih oleh negara. Nasionalisme
politik pun digeser kembali ke nasionalisme politik sekaligus kultural. Dan,
berakhir pula situasi ini dengan terjadinya tragedi nasional 30 September 1965.
Pada masa Orde Baru, wacana nasionalisme pun perlahan-lahan tergeser dengan
persoalan-persoalan modernisasi dan industrialisasi (pembangunan). Maka
"nasionalisme ekonomi" pun muncul ke permukaan. Sementara arus
globalisasi, seakan memudarkan pula batas-batas "kebangsaan", kecuali
dalam soal batas wilayah dan kedaulatan negara. Kita pun seakan menjadi warga
dunia. Di samping itu, negara mengambil alih urusan nasionalisme, atas nama
"kepentingan nasional" dan "demi stabilitas nasional"
sehingga terjadilah apa yang disebut greedy state, negara betul-betul
menguasai rakyat hingga memori kolektif masyarakat pun dicampuri negara. Maka
inilah yang disebut "nasionalisme negara" (Abdullah, 2001: 37-39).
Tahun 1998 terjadi Reformasi yang memporakporandak-an stabilitas semu yang
dibangun Orde Baru. Masa ini pun diikuti dengan masa krisis berkepanjangan
hingga berganti empat orang presiden. Potret nasionalisme itu pun kemudian
memudar. Banyak yang beranggapan bahwa nasionalisme sekarang ini semakin
merosot, di tengah isu globalisasi, demokratisasi, dan liberalisasi yang
semakin menggila.
Kasus Ambalat, beberapa waktu lalu, secara tiba-tiba menyeruakkan rasa
nasionalisme kita, dengan menyerukan slogan-slogan "Ganyang
Malaysia!". Setahun terakhir ini, muncul lagi "nasionalisme"
itu, ketika lagu "Rasa Sayang-sayange" dan "Reog Ponorogo"
diklaim sebagai budaya negeri jiran itu. Semangat "nasionalisme kultural
dan politik" seakan muncul. Seluruh elemen masyarakat bersatu menghadapi
"ancaman" dari luar. Namun anehnya, perasaan atau paham itu hanya
muncul sesaat ketika peristiwa itu terjadi. Dalam kenyataannya kini, rasa
"nasionalisme kultural dan politik" itu tidak ada dalam kehidupan
keseharian kita. Fenomena yang membelit kita berkisar seputar: Rakyat susah
mencari keadilan di negerinya sendiri, korupsi yang merajalela mulai dari hulu
sampai hilir di segala bidang, dan pemberantasan-nya yang tebang pilih,
pelanggaran HAM yang tidak bisa diselesaikan, kemiskinan, ketidakmerataan
ekonomi, penyalahgunaan kekuasaan, tidak menghormati harkat dan martabat orang
lain, suap-menyuap, dan lain-lain. Realita ini seakan menafikan cita-cita
kebangsaan yang digaungkan seabad yang lalu. Itulah potret nasionalisme bangsa
kita hari ini.
Pada akhirnya kita
harus memutuskan rasa kebangsaan kita harus dibangkitkan kembali. Namun bukan
nasionalisme dalam bentuk awalnya seabad yang lalu. Nasionalisme yang
harus dibangkitkan kembali adalah nasionalisme yang diarahkan untuk mengatasi
semua permasalahan di atas, bagaimana bisa bersikap jujur, adil, disiplin,
berani melawan kesewenang-wenangan, tidak korup, toleran, dan lain-lain. Bila
tidak bisa, artinya kita tidak bisa lagi mempertahankan eksistensi bangsa dan
negara dari kehancuran total.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Nasionalisme muncul
dan berkembang menjadi sebuah paham (isme) yang
dijadikan sebagai landasan hidup bernegara, bermasyarakat dan berbudaya
dipengaruhi oleh kondisi histori dan dinamika sosio kultural yang ada di
masing-masing negara.
Pada mulanya unsur-unsur pokok nasionalisme itu terdiri atas
persamaan-persamaan darah (keturunan), suku bangsa, daerah tempat tinggal,
kepercayaan agama, bahasa dan kebudayaan. Nasionalisme akan muncul
ketika suatu kelompok suku yang hidup di suatu wilayah tertentu dan masih
bersifat primordial berhadapan dengan manusia-manusia yang berasal dari luar
wilayah kehidupan mereka. Lambat laun ada unsur tambahan, yaitu dengan
adanya persamaan hak bagi setiap orang untuk memegang peranan dalam kelompok
atau masyarakat (demokrasi politik dan demokrasi sosial) serta adanya persamaan
kepentingan ekonomi. Inilah yang kemudian dikenal dengan istilah nasionalisme
modern.
3.2 Saran
- Nasionalisme sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara
- Agar bangsa Indonesia kuat nisionalisme harus di tanamkan sejak ini
- Nasionalisme merupakan alat pemersatu bangsa
- Aplikaikan nasionalisme melalui tindakan nyata berupa karya bagi bangsa
Daftar Pustaka
- Kedaulatan Negara di Ruang Udara (State Sovereignty In Airspace), oleh DR. PRIYATNA ABDURRASJID.
- Sunardi, R.M. (2004). Pembinaan Ketahanan Bangsa dalam Rangka Memperkokoh Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta:Kuaternita Adidarma. ISBN 979-98241-0-9,9789799824103.Hal 179-180.
- Sumarsono, S, et.al. (2001). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal 12-17.
MAKALAH - ARTIKEL TERLENGKAPP !!!
BalasHapushttp://seramoe-printstation.blogspot.com/
Cemon guys...!!!